Tuesday, January 10, 2017

Huruf Kapital



Ada banyak artikel yang menuliskan tentang pedoman penggunaan huruf kapital di google, kalian bisa mencarinya jika ingin yang lebih lengkap. Karena sekarang, aku hanya akan membahas penulisan huruf kapital yang paling sering dilupakan oleh penulis.


1. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama kata di awal kalimat. 
   
Contoh dalam paragraf:
      Awan yang kulihat dari balik jendela pesawat seperti hamparan kapas yang sengaja diserakkan. Gumpalan-gumpalan putih kecil terhampar, seolah aku bisa berlari atau tiduran di atasnya. Dari sisi ke sisi yang kulihat hanya putih membentang, tidak tahu di mana ujungnya. Hanya garis putih kebiruan yang bercahaya karena terkena pantulan mentari menjadi pembatas penglihatanku.

Pada setiap kalimat baru selalu diawali dengan huruf kapital. SELALU. Jadi tidak boleh menulis menggunakan huruf kecil setelah tanda titik. Ini masalah sepele tapi pada prakteknya masih banyak yang melupakan entah malas mengedit atau memang tidak tahu. 


2. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama kata di awal dialog setelah tanda petik.

Contoh:
   a) Ayu berkata, "Aku sudah bilang jangan menangis!"
   b) Niken tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Kalian keterlaluan!" serunya marah.
   c) "Aku tahu aku salah." Virha menunduk penuh penyesalan. "Tolong maafkan aku."

Sedangkan untuk dialog yang merupakan sambungan dari dialog sebelumnya, penulisan huruf pertama setelah tanda petik TIDAK DITULIS dengan huruf kapital.

contoh:  "Lihat apa yang sudah kau lakukan," desahnya, "dia ketakutan."
              "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"


3. Huruf Kapital digunakan pada huruf pertama kata ganti Anda.

    Contoh: "Apa maksud Anda?"
                  "Saya harap Anda bisa mengerti."


4. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama kata penunjuk kekerabatan yang dimaksudkan sebagai penyapaan.

   Contoh: a) "Kenapa aku harus pergi, Paman?"
                 b) Aku sedih melihat 
Ibu yang menangisi kepergian Ayah.
                 c) "Tolong mengerti aku, 
Kak," kataku memelas.


      
      Perlu diperhatikan juga:
  •       Kata penunjuk kekerabatan yang tidak dimaksudkan sebagai penyapaan, penulisannya tidak diawali dengan huruf kapital.

       Contoh: Dia menangisi kematian ibunya.
           Meski memiliki seorang 
kakak, dia merasa menjadi anak tunggal.
  •       Kata penunjuk kekerabatan yang tidak dimaksudkan sebagai penyapaan, tapi diikuti nama orang tersebut, penulisannya diawali dengan huruf kapital.

      Contoh: “Mengapa Pak Atmo harus marah?”
        “Aku akan menghancurkanmu!” ucap 
Bibi Mariam begitu mendengar pengakuan adiknya. (Nama si bibi adalah Mariam)
Bandingkan dengan contoh berikut: Aku menunduk, tidak berani menatap 
bibi Anna, sementara Anna hanya menangis menyesali perbuatannya. (Di sini huruf awal kata”bibi” tidak memakai huruf kapital karena yang dimaksud dengan “bibi Anna” adalah bibinya Anna. Bukan bibi yang bernama Anna.)

Aku rasa cukup sampai sini dulu penjelasannya, kalian bisa lihat link Wikipedia untuk tahu lebih banyak penggunaan huruf kapital.

Terus semangat belajar dan jangan berhenti menulis, karena menulis adalah mewujudkan mimpi yang belum terlaksana.


No comments:

Post a Comment