Ada banyak artikel yang
menuliskan tentang pedoman penggunaan huruf kapital di google, kalian bisa
mencarinya jika ingin yang lebih lengkap. Karena sekarang, aku hanya akan
membahas penulisan huruf kapital yang paling sering dilupakan oleh penulis.
1. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama kata di awal kalimat.
Contoh dalam paragraf:
Awan yang kulihat dari balik jendela pesawat seperti hamparan kapas
yang sengaja diserakkan. Gumpalan-gumpalan putih kecil terhampar, seolah aku
bisa berlari atau tiduran di atasnya. Dari sisi ke sisi yang kulihat hanya
putih membentang, tidak tahu di mana ujungnya. Hanya garis putih kebiruan yang
bercahaya karena terkena pantulan mentari menjadi pembatas penglihatanku.
Pada setiap kalimat baru
selalu diawali dengan huruf kapital. SELALU. Jadi tidak boleh menulis
menggunakan huruf kecil setelah tanda titik. Ini masalah sepele tapi pada
prakteknya masih banyak yang melupakan entah malas mengedit atau memang tidak
tahu.
2. Huruf kapital
digunakan pada huruf pertama kata di awal dialog setelah tanda petik.
Contoh:
a) Ayu
berkata, "Aku sudah bilang jangan menangis!"
b) Niken
tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Kalian keterlaluan!"
serunya marah.
c)
"Aku tahu aku salah." Virha menunduk penuh penyesalan. "Tolong
maafkan aku."
Sedangkan untuk dialog
yang merupakan sambungan dari dialog sebelumnya, penulisan huruf pertama
setelah tanda petik TIDAK DITULIS dengan huruf kapital.
contoh: "Lihat apa yang sudah kau lakukan," desahnya, "dia ketakutan."
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
3. Huruf Kapital
digunakan pada huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
"Apa maksud Anda?"
"Saya harap Anda bisa
mengerti."
4. Huruf kapital
digunakan pada huruf pertama kata penunjuk kekerabatan yang dimaksudkan sebagai
penyapaan.
Contoh: a)
"Kenapa
aku harus pergi, Paman?"
b) Aku sedih melihat Ibu yang menangisi kepergian Ayah.
c) "Tolong mengerti aku, Kak," kataku memelas.
b) Aku sedih melihat Ibu yang menangisi kepergian Ayah.
c) "Tolong mengerti aku, Kak," kataku memelas.
Perlu diperhatikan juga:
-
Kata penunjuk kekerabatan yang tidak dimaksudkan sebagai
penyapaan, penulisannya tidak diawali dengan huruf kapital.
Contoh: Dia menangisi kematian ibunya.
Meski memiliki seorang kakak, dia merasa menjadi anak tunggal.
Meski memiliki seorang kakak, dia merasa menjadi anak tunggal.
-
Kata penunjuk kekerabatan yang tidak dimaksudkan sebagai
penyapaan, tapi diikuti nama orang tersebut, penulisannya diawali dengan
huruf kapital.
Contoh: “Mengapa Pak Atmo harus marah?”
“Aku akan menghancurkanmu!” ucap Bibi Mariam begitu mendengar pengakuan adiknya. (Nama si bibi adalah Mariam)
Bandingkan dengan contoh berikut: Aku menunduk, tidak berani menatap bibi Anna, sementara Anna hanya menangis menyesali perbuatannya. (Di sini huruf awal kata”bibi” tidak memakai huruf kapital karena yang dimaksud dengan “bibi Anna” adalah bibinya Anna. Bukan bibi yang bernama Anna.)
“Aku akan menghancurkanmu!” ucap Bibi Mariam begitu mendengar pengakuan adiknya. (Nama si bibi adalah Mariam)
Bandingkan dengan contoh berikut: Aku menunduk, tidak berani menatap bibi Anna, sementara Anna hanya menangis menyesali perbuatannya. (Di sini huruf awal kata”bibi” tidak memakai huruf kapital karena yang dimaksud dengan “bibi Anna” adalah bibinya Anna. Bukan bibi yang bernama Anna.)
Aku rasa cukup sampai
sini dulu penjelasannya, kalian bisa lihat link Wikipedia untuk tahu lebih banyak penggunaan
huruf kapital.
Terus semangat belajar
dan jangan berhenti menulis, karena menulis adalah mewujudkan mimpi yang belum
terlaksana.
No comments:
Post a Comment