Wednesday, January 18, 2017

Gaya Menulis


Sebenarnya penting enggak sih penulis memiliki gaya menulis sendiri?

Bisa dibilang penting, bisa enggak. Penting karena: jika penulis mempunyai gaya menulis yang jadi ciri khas, berarti dia memiliki keunggulan, apalagi kalau gayanya original. Kalau diibaratkan bintang, dia mampu bersinar lebih terang dari ribuan bintang yang lain. Enggak penting karena tanpa sebuah ciri khas pun, menulis tetaplah sebuah karya yang bisa dinikmati pembaca.

Banyak penulis (terutama penulis pemula) yang belum menemukan identitas tulisan mereka sendiri, termasuk saya :)). Itu normal, karena—mengutip perkataan Mba Titi Sanaria, author Dongeng Tentang Waktu:
"Kita akan menemukan gaya seiring perjalanan kita menulis. Ragam bacaan yang kita baca akan sangat memengaruhi gaya awal kita sebelum akhirnya menemukan jati diri dan nyaman di situ."

Nah, untuk mengetahui gaya menulis kalian lebih condong ke mana, bisa disimak macam-macam style dalam menulis yang biasa diadopsi oleh penulis.

1. Implisit
Atau tersirat. Penulis menggunakan kiasan untuk menyampaikan apa yang ia maksud. Kepandaian bermain kata dan penggunaan majas menjadi kunci utama gaya ini. Untuk pembaca yang terbiasa dengan bacaan yang ringan, mungkin cara penulisan seperti ini akan membuat mereka berpikir lebih keras untuk mencerna apa yang dimaksud penulis. Namun di sisi lain, penulis yang mengadopsi gaya implisit bisa menghasilkan kalimat-kalimat indah dari kata-kata yang sederhana.
Biasanya gaya implisit kita temukan dalam karya sastra, novel roman, atau cerita dengan tema berat.

2. To the point/ Ekplisit
Cara penyampaian penulis blak-blakan, ceplas-ceplos, dan apa adanya. Memperkaya diksi adalah kunci utama untuk penulis jenis ini. Untuk membuat pembaca bertahan terus membaca, simpanlah bagian yang terbaik pada akhir cerita. Karena cara menyampaikannya terang-terangan, maka akan tidak menarik lagi jika semuanya diungkap di awal.
Gaya ini sering kita temukan pada novel teenlith, humor, dan roman komedi.

3. Detail
Ciri-cirinya, penulis mendeskripsikan segala sesuatu dengan mendetail, entah itu di setting, suasana, bahasa tubuh, atau karakter tokoh. Jika penulis tidak pandai memilih kata, gaya ini cenderung akan membosankan bagi pembaca. Jadi, usahakan kalian memakai kalimat yang tidak bertele-tele dan mudah dipahami. Cobalah untuk mendeskripsikan sesuatu secara runtut, dari yang ruang lingkupnya luas ke yang ruang lingkup lebih kecil.
Sebenarnya gaya ini bisa dipakai untuk semua genre, tapi lebih sering kita temukan pada novel fantasi, thriller, horor, misteri, dan cerita-cerita yang membutuhkan pemahaman lebih agar pembaca bisa merasakan fee cerita tersebut.

4. Ringan
Kalimat simple dan mudah dipahami selalu menjadi andalan penulis dengan gaya ini. Walau dengan diksi terbatas, tapi jika penulis mampu bertutur dengan cara yang baik, cerita dengan gaya ini tidak akan membosankan. 


Nah, dari keempat gaya menulis di atas, adakah gaya yang kalian adopsi? Jika kalian masih belum tahu gaya tulisan kalian, jangan khawatir, karena kembali mengutip perkatan Mba Titi: 
"Gaya menulis adalah zona nyaman masing-masing orang. Ada yang dikaruniai dengan diksi yang indah, tapi ada juga yang mampu bercerita dengan sangat indah melalui bahasa yang sangat sederhana. Jadi jangan memaksakan diri karena akan terbaca dalam tulisan kita, akibatnya pembaca malah kehilangan feel, dan buku kita dilepas sebelum kelar dibaca."

Gaya menulis akan muncul dengan seiring berjalannya waktu. semakin sering kita menulis, maka ciri khas tulisan kita akan semakin kuat. 


Ada beberapa poin yang harus diperhatikan penulis untuk memperbaiki tulisan kita:

  1. Perbanyak diksi dengan banyak membaca dan sering mengecek kamus sinonim kata. Jika kalian menemukan kata-kata baru yang tidak kalian mengerti, jangan malas untuk mencari tahu di KBBI.
  2. Endapkan naskah yang sudah kalian tulis selama 2-3 hari, lalu baca ulang naskah kita sebagai pembaca. Biasanya kita akan banyak menemukan kesalahan pada tulisan kita setelah mengendapkannya.
  3. Jangan memaksakan keinginan kita pada karya tulisan, atau terlalu sayang dengan adegan yang sebenarnya tidak penting. Jika itu memang tidak ada hubungannya dengan alur cerita, buang saja. Kill your darlings with chekov's gun. Tips ini pernah aku baca dari artikel yang ditulis Mba Hetih, editor GPU.
  4. Jangan terjebak dengan detail. Detail perlu tapi tidak semua harus dijelaskan secara terperinci.
  5. Diksi bisa disesuaikan dengan background tokoh. Misalnya tokoh golongan menengah, bahasanya akan berbeda dengan tokoh dari golongan atas. Atau bahasa yang dipakai seorang dokter pasti beda dengan bahasa yang dipakai pedagang asongan. Ini juga salah satu cara kita membangun karakter. (Dikutip dari komen member Green Room, Ayu)
Okay, cukup sampai sini dulu bahasan kita kali ini. 

Terus semangat belajar dan jangan berhenti menulis, karena menulis adalah mewujudkan mimpi yang belum terlaksana.





No comments:

Post a Comment